Takut murid-murid itu pada teriak kegirangan kali. . . ih memang para guru pada sirik kali kalo’ lihat muridnya senang. Anastasia begitu suntuk hari ini entah apa yang dipikirkan dalam benaknya, yang jelas wajahnya begitu kusut dan ditekuk kaya’ kunyuk nggak dapet pisang (padahal si kunyuk mukanya nggak kusut-kusut amat sih, tapi akunya aja yang mau mengibaratkan seperti dia). “Daripada nggak ada kerjaan disini mending ke kantin aja lah. . .” begitu pikir Anastasia yang berjalan menuju kantin.
Kantin siang itu begitu sepi, mungkin anak-anak sudah pada pailit semua karena uang saku mereka sudah dihabiskan buat jajan sejak istirahat pertama tadi. Di
“Lho itukan si Tagor . . . Anak pindahan dari sibolga. . .! Anastasia kaget juga mendapati si Tagor sudah duluan berada di kantin. “Eh. . . Gor ngapain kamu ngelamun sendirian di situ. . . . .?” (yee. . . namanya ngelamun ya sendirian, kalo bareng-bareng namanya ngerumpi nek).
“Ssst. . . jangan kau berisik lah. . . aku lagi ngobrol nih” jawab Tagor serius.
“Haah emang lu lagi ngbrol sama siapa Gor, ama Bu kantin yaa?” tanya Anastasia dengan terheran-heran, habis dari tadi tu si Tagor cuma diam memandangi puntung rokok dan segelas kopi dihadapannya dan tak ada siapa-siapa lagi selain Ibu kantin yang terkantuk-kantuk nungguin makanan dan gorengan di depannya (takut dicolong ama Tagor kali!)
“Ahh. . . macam mana pula kau ini. . . masa’ daku kau kira ngobrol sama Ibu kantin, ya nggak level lah” Tagor menjawab dengan sombongnya.
“Dueh. . . sombongnya. . . jadi kamu tu ngomomg sama siapa Gor?” tanya Anastasia lagi.
“Ya disini sedang ada obrolan aku sama bekas rokokku ini” jawab Tagor dengan santainya.
“Ah lu bisa aja Gor” Anastasia sebel karena dikerjain ama Tagor.
“Lagian apa anak baru ini belum tahu ya, kalo sekolah ini sering ada razia narkoba, senjata tajam, buku porno, rokok, dan pedagag kaki
“Eh kamu cewek yang namanya Anastasia itu
“Bah! Pakai marah pula kau, janganlah begitu kau nona manis, nggak baik cemberut begitu nanti nggak jadi cantik lagi dong” duileh bisa ngerayu juga nih si Tagor.
“Eh Anastasia kalau aku baca puisi kamu mau dengerin nggak?” Tanya Tagor dengan serius kembali.
“Eh tergantung, kalo puisi itu bagus ya aku dengarkan” jawab Tea setelah dia memesan es sirup sama Bu kantin.
“Yaialah, kau dengar dulu lah baru kau tau puisiku bagus atau tidak. OK, dengarkan puisiku ini, tapi nanti tolong berikan tanggapannya ya!”
“Iya cepetan bacain!!” kata Anastasia nggak sabar.
Sudah aku ukur seluruh jarak
Dari ufuk barat hingga timur
Sudah aku tengok seluruh pandang
Dari pucuk daun hingga lubang semut
Mencari jejakmu yang tersimpan misteri
Namun. . .
Tak jua kutemui dimana keberadaanmu
Tak jua kudengar gemercik keberadaanmu
Tak jua kudengar aroma tubuhmu
Oh. . .
Lelah aku menahan segala penat seluruh raga
Dimanakah dirimu berada
Ingin segera kucurah semua
Kepadamu. . . . . .
“Aduh Tagor baru beberapa hari kamu disini sudah rindu sama cewek kamu yang berada di sibolga ya?” ejek Anastasia pada si Tagor.
“Bah macam mana pula kau ini, belum juga selesai aku baca puisi ini, kau sudah kasih komentar, dengar dulu lah, masih ada lanjutannya nih. . .!
Aku tak ingin sakit karena kefanaanmu disini
Ginjal ditubuh ini tak sudi tumbuh batu didalannya
Oh, WeeCee sudah beberapa hari ini selalu kucari keberadaanmu. . .
Tampaklah padaku
“Hahaa. . . lucu dan konyol kamu Gor!” Anastasia tertawa terpingkal-pingkal mendengarakhir isi puisi kejujuran si Tagor tersebut.
“Nah sekarang kau boleh kasih tanggapan tentang puisiku ini” kata Tagor dengan malu-malu.
“Adhuh, Tagor. . . Tagor kenapa kamu tidak tanya temen-temen dimana letak WC-nya, jadi selama ini kamu menahan pipisya, aduh kaciaaan!” Anastasia masih merasa geli dengan maksud dari puisi Tagor. “Sejak hari pertama aku ragu untuk bertanya, tapi aku coba untuk mencari sendiri tak ketemu-ketemu juga, jadi inilah mungkin maksud dari peribahasa itu ya”, jawab Tagor dengan memelasnya.
“Peribahasa apa maksud lu?” tanya Tea merasa penasaran. “Itu loh peribahasa yang mengatakan ‘bila malu bertanya sesat dijalan, bila menahan kencing susah berjalan!” Tagor menjawab dengan penuh keyakinan.
“Ah, ngaco kamu Gor, di sekolah ini belum ada WC-nya Gor! Baru rencana mau ngebangunnya, itupun kalo dananya udah turun (padahal proposalnya aja belum dibuat sama Bapak Kepala Sekolah).
“Nah kamu mau ke WC noo disana noo disebelah selatan sekolah itu ada Masjid, nah disitu ada WC-nya cepet
“Aduh di dunia ini masih ada juga orang konyol seperti Tagor”. Tea masih geli bila membayangkan ulah si Tagor selama beberapa hari menahan kencing. Dan tak lama kemudian datang temen satu bangku Tea, si Dewi namanya.
“Oh. . . rupanya disini kamu Tea! Ngapain lu senyum-senyum sendiri gitu te?” Tanya Dewi penuh keheranan.
“Ah, nggak kok gua lagi pengen aja senyum, kali-kali aja nanti ada cowok ca’em lewat” Jawab Tea dengan santai.
“Uh bisa aja lu. . . ayo masuk tuh. Bu guru udah datang mau ngasih PR” ajak Dewi untuk kembali ke kelas.
“Ayo deh.” Jawab Tea.
Tapi tiba-tiba Ibu kantin berteriak, “Eh Non. . . Non Tea mau kamana?”
Tea menjawab, “Mau balik ke kelas Bu! Amang ada apa Bu. . .
Tea balik bertanya karena sudah merasa bayar jajan.
“Anu Non. . . itu anak baru tadi belum bayar. . . tadi saya tagih katanya nanti saja gitu. . . nah terus si Enon tadi ngobrol sama dia kok abis itu langsung ngacir aja tu dia. Tolong nanti kalo balik ke kelas bilang kalo dia jadi buronan Ibu kantin yang ca’em gitu ya!” eleh-eleh bisa genit pula ibu kantin ini.
“Bereslah Bu!” jawab Anastasia bersama Dewi yang kemudian berangkat menuju kelasnya.
0 komentar:
Posting Komentar